Soekarno Indonesia
Belanja di App banyak untungnya:
Sri Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari Guntur Soekarnoputri (lahir 26 Juni 1971)[1] atau lebih dikenal dengan Sri Puti Guntur Soekarnoputri, S.IP. adalah politikus Indonesia yang menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024 dari Daerah Pemilihan Jawa Timur I yang meliputi wilayah Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014 dan 2014-2019 dari Daerah Pemilihan Jawa Barat X yang meliputi wilayah Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, dan Kota Banjar. Puti merupakan cucu dari Presiden Pertama RI Soekarno dari anak pertamanya, Guntur Soekarnoputra, yang menikah dengan Henny Emilia Hendayani. Puti menikah dengan Johansyah Jaya Kameron (Joy Kameron). Dari pernikahannya dengan Johansyah, dia memiliki dua anak. Yakni, Rakyan Ratri Syandriasari Kameron dan Rakyan Danu Syahandra Kameron.
Sebelum memasuki gelanggang politik, Puti aktif belajar dan menjadi relawan budaya melalui Kelompok Swara Mahardhika pimpinan Guruh Soekarnoputra. Dia juga peduli pada pendidikan generasi muda melalui Yayasan Fatmawati Soekarno. Ketekunannya pada yayasan tersebut membuat dia masuk ke Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pemuda, olahraga, pariwisata, ekonomi kreatif, dan perpustakaan nasional.
Meski menjadi cucu proklamator, Puti termasuk pribadi yang ramah, membumi, dan sangat egaliter dalam pergaulan sehari-hari. Dia juga dikenal sebagai penggemar berat film-film India alias Bollywood seperti Jodha Akbar dan Kabhi Khushi Kabhie Gham. Sebagian besar film-film India yang dia sukai bertemakan epic history.[2]
Sebagai penggemar berat Bollywood, Puti juga adalah fans berat Shahrukh Khan, Aishwarya Rai, dan Deepika Padukone.[3] Saat Shahrukh Khan berkunjung ke Jakarta, Puti berkesempatan untuk bertemu langsung. Namun, setelah bertemu, dia justru tak bisa berkata apa-apa. Kegemaran terhadap film-film Bollywood tersebut diakui Puti diturunkan dari neneknya, Fatmawati Soekarno, yang kerap mendengarkan lagu-lagu India dari radio.
Namun, tak hanya kegemaran pada Bollywood yang diturunkan Fatmawati kepada Puti. Tapi juga kemampuan membaca Al Quran. Fatmawati lah yang mengajari Puti mengaji. Hal ini diakui sendiri oleh dirinya dalam berbagai kesempatan.[4]
Masa kecil Puti memang cukup dekat dengan Fatmawati. Neneknya itu kerap dia panggil Ibu Fat Embu yang dalam bahasa Bangka berarti nenek. Fatmawati tak hanya mengajarinya mengaji, tapi juga untuk tidak meninggalkan salat fardhu. Sebab, bagaimanapun juga, Puti adalah juga seorang muslimah.
Menurut Puti, suara neneknya saat mengaji begitu merdu. Dia bahkan selalu menyimak lantunan ayat-ayat suci Al Quran dari bibir Fatmawati itu setiap selesai Magrib. Dari sang nenek itulah Puti diajarkan hidup sederhana dan pintar mensyukuri nikmat Allah SWT agar hidup senantiasa bahagia.[4]
Puti adalah anak tunggal Guntur Soekarno. Beberapa orang mengatakan bahwa pilihannya untuk terjun ke dunia politik tidak terlalu direstui Guntur. Termasuk ketika dia "dilamar" Saifullah Yusuf atau Gus Ipul sebagai calon wakil gubernur di Pilgub Jatim 2018, Guntur agak berat untuk merestuinya. Namun, Guntur pun merelakan setelah melihat keteguhan hati anaknya dan kebutuhan untuk mendampingi Gus Ipul di pemerintahan, serta restu dari sejumlah kyai NU.
Menjadi politikus perempuan tak membuat Puti berbeda dari kebanyakan ibu lainnya. Dia tetap memberikan perhatian yang besar kepada keluarganya. Meski harus menjalankan tugas-tugas terkait kepentingan rakyat, dia selalu menyempatkan diri untuk mengontak suami dan anak-anaknya yang masih berusia remaja. Saat dia tak ada di rumah, suaminya, Johansyah, yang akan menjaga kedua anaknya.
"Keluarga sudah tahu saya bakal sibuk, jadi sudah paham. Kalau saya tidak ada di rumah, suami yang jaga anak-anak. Yang penting keluarga itu solid dan komunikasi jalan terus," katanya seperti dikutip Tempo.[5]
Saat sedang berlibur bersama satu keluarga, Puti selalu berusaha agar mereka tidak menginap di hotel. Tapi di apartemen. Hal ini dilakukan agar suasana seperti saat di rumah di mana dia bisa memasak untuk mereka bertiga. Kebiasaan ini terus dijaga karena waktu kebersamaan mereka tak banyak seiring tugas-tugas untuk masyarakat yang diemban Puti.
Puti menempuh pendidikan sekolah dasar di Yayasan Perguruan Cikini kemudian melanjutkan di jenjang pendidikan tingkat pertama di SMP Yayasan Perguruan Cikini. Setelah lulus SMP, Puti melanjutkan ke SMA 1 Budi Utomo. Di perguruan tinggi, Puti memilih melanjutkan pendidikannya di S1 Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Sebagai cucu Bung Karno, Puti mengenal betul pemikiran kakeknya. Terutama tentang keberpihakan terhadap rakyat kecil dan memimpin negeri kaya yang terdiri dari banyak suku dan agama seperti Indonesia. Karena pengetahuannya itu, Puti sampai diundang sebagai dosen yang secara rutin memberikan kuliah tentang Soekarno di Universitas Kokushikan, Setagaya, Tokyo, Jepang. Dia juga didaulat menjadi profesor tamu di Soekarno Research Centre yang terdapat di kampus tersebut.
Menjadi dosen tamu di kampus ibu kota Jepang dimanfaatkan Puti untuk bercerita tentang kejayaan kerajaan-kerajaan besar di Indonesia. Kisah-kisah besar kerajaan tersebut lah yang menjadi cita-cita besar Soekarno untuk mewujudkan Indonesia Raya yang berdiri kuat menembus batas-batas perbedaan. Bung Karno menjadi tokoh yang dikagumi warga negeri matahari terbit itu karena visinya, keteguhannya menghadapi penjajahan, dan konsepnya dalam menyatukan ribuan pulau dan suku dalam kesadaran sebagai bangsa Indonesia.[6]
Puti bukan orang baru di dunia aktivisme dan politik. Meski cucu Soekarno, dia merintis aktivitas kemasyarakatannya dari bawah. Kepeduliannya kepada masyarakat membuatnya banyak berkiprah di sejumlah yayasan. Mulai dari Yayasan Fatmawati di mana dia bertindak sebagai wakil ketua. Kemudian Yayasan Wildan dan Yayasan Puspa Seruni tempat dia menjadi ketua.
Di bidang politik, posisi sebagai anggota Komisi X DPR RI tak membuat Puti menjadi politikus yang hanya numpang nama. Sejak menjadi anggota Komisi yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pariwisata, ekonomi kreatif, pemuda dan olahraga, serta perpustakaan nasional, tersebut Puti justru semakin aktif. Dia ditunjuk sebagai Ketua Departemen Bidang Organisasi DPP PDI Perjuangan periode 2010-2015.
Di periode yang hampir sama, dia menjadi Wakil Sekretaris MPR RI Fraksi PDI Perjuangan selama 2009-2014. Puti juga menjadi anggota Badan Musyawarah Fraksi DPR RI PDI Perjuangan pada 2009-2014. Kini Puti adalah Sekretaris Biro Internal DPP PDI Perjuangan periode 2015-2020 sembari mengemban amanah sebagai anggota badan sosialisasi MPR RI Fraksi PDI Perjuangan periode 2014-2019.[7]
-- Mungkin sebagian orang bertanya-tanya, bagaimana Garuda Pancasila akhirnya ditetapkan sebagai lambang negara?
Ada rangkaian proses yang relatif tak sebentar terkait dengan pertanyaan tersebut. Salah satunya diterangkan oleh Kementerian Luar Negeri.
Dalam situs resminya disebutkan, proses pembuatan lambang negara Indonesia dimulai setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Kemudian pada 16 November 1945 dibentuk Panitia Indonesia Raya, yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara dan Muhammad Yamin menjadi sekretaris umum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panitia tersebut bertugas untuk menyelidiki arti lambang-lambang dalam peradaban bangsa Indonesia. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah awal untuk kajian tentang lambang negara.
Pada 30 Desember 1949, Sultan Hamid II diangkat menjadi menteri negara tanpa portofolio melalui keputusan presiden (Keppres) Republik Indonesia Serikat Nomor 2. Pengangkatan Sultan Hamid II tersebut dilakukan untuk melakukan perancangan lambang negara dan menyiapkan gedung parlemen RIS
Dalam sidang kabinet RIS kedua pada 10 Januari 1950, dibentuk Panitia Lambang Negara yang diketuai oleh Muhammad Yamin. Kemudian diadakan sayembara rancangan lambang negara yang dilakukan oleh pemerintah di bawah kementerian penerangan.
Dalam sayembara perancangan lambang negara tersebut, Menteri Penerangan mengumumkan ada dua kandidat rancangan lambang negara. Yaitu rancangan Sultan Hamid II dan Muhammad Yamin.
Akhirnya rancangan Sultan Hamid II berhasil menyingkirkan rancangan milik Muhammad Yamin.
, Bung Hatta mengatakan usulan dari Muhammad Yamin ditolak karena terdapat sinar-sinar matahari dan menampakkan sedikit banyak disengaja atau tidak memiliki pengaruh Jepang.
Penetapan lambang Garuda Pancasila memiliki proses yang cukup lama. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.
"Dari panitia lambang saat itu, ada dua orang yang terpilih, sebetulnya ada banyak, terpilih Muhammad Yamin dan Sultan Hamid II. Yamin kalah karena ada warna-warni Jepangnya gitu," kata sejarawan Rushdy Hoesein kepada CNNIndonesia.com, Senin (28/5).
Rancangan awal yang dibuat oleh Sultan Hamid II adalah rancangan dengan bentuk dasar burung garuda yang memegang Perisai Pancasila. Dalam tulisan Turiman yang berjudul
Negara dijelaskan bahwa ide perisai Pancasila itu muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara dan teringat dengan ucapan Soekarno.
Pandangan yang dimaksud adalah hendaknya lambang negara bisa melambangkan pandangan bangsa dan dasar negara Indonesia.
Rancangan tersebut, kemudian disempurnakan dengan mendapatkan saran dari Ki Hajar Dewantara yang memberi masukan berupa gambar-gamabr sketsa garuda yang ada di berbagai candi di Jawa.
Sultan Hamid II kemudian membandingkannya dengan gambar garuda yang berasal dari luar Jawa, yang terdapat di berbagai simbol kerajaan. Perbandingan tersebut menjadi dasar untuk membuat sketsa lambang negara RIS 1950 tahap pertama.
Dalam rapat Panitia Lambang Negara yang berlangsung pada 8 februari 1950, sketsa lambang negara dari Sultan Hamid II masih mendapatkan beberapa revisi dari para angoota sehingga perlu dilakukan perbaikan kembali.
Sultan Hamid II menyerahkan hasil revisi terakhir rancangannya kepada Soekarno pada 10 Februari 1950. Kemudian pada 11 Februari 1950, lambang Garuda diresmikan sebagai lambang negara.
Soekarno pertama kali memperkenalkan lambang negara kepada publik pada 15 Februari 1950 di Hotel Des Indes, Jakarta.
Kemudian pada 20 februari 1950, lambang negara tersebut sudah terpasang di ruang sidang kabinet RIS yang berlangsung di Pejambon.
"Garuda Pancasila yang kini tegar sebagai lambang negara adalah penyempurnaan dari gagasan desain Sultan Hamid ll,” tutur Rushdy. “Setelah mengalami revisi di sana-sini maka Garuda Pancasila yang kita sekarang diresmikan pada 11 Februari 1950 sebagai lambang negara.”
Saat itu, lambang negara yang diperkenalkan adalah lambang Garuda yang masih berkepala gundul dan belum memiliki jambul. Namun, pada akhir Februari Soekarno memberikan saran agar menyempurnakan kepala gundul tersebut menjadi berjambul.
Sultan Hamid II kemudian menyempurnakan lambang negara tersebut sesuai dengan saran Soekarno. Awal Maret, Soekarno kembali memberikan saran agar cengkeram pita yang mulanya di belakang agar dibalik.
20 Maret 1950, gambar Garuda Pancasila dengan arah cengkeram menghadap ke depan mendapat persetujuan dari Soekarno.
Kemudian, Soekarno memerintah Dullah, si pelukis Istana, untuk melukis kembali gambar tersebut. Sultan Hamid kemudian kembali mendapat perintah dari Soekarno untuk menambah skala ukuran dan tata warna pada gambar lambang negara tersebut.
"Dullah melukis desain terakhir, karena waktu itu sudah resmi diresmikan pemanfaatannya, yang dibikin oleh Sultan Hamid II diperbaiki ada jambul, ada cengkeraman di depan," uajr Rushdy.
RIS akhirnya kembali menjadi Negara Kesaturan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1950 setelah gerakan mosi yang dilakukan oleh Mohammad Natsir, dan teman-temannya. 10 Juli 1951, Dewan menteri mengadakan rapat untuk membahas tentang pengaturan lambang negara berdasarkan pada pasal 3 ayat 3 UUDS 1950.
Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo kemudian menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Thun 1951 tentang Lambang Negara.
PP tersebut kemudian diundangkan oleh menteri kehakiman M. Nasroen dalam Lembaran Negara No 111 dan Tambahan Lembaran Negara No 176 Tahun 1951. Sejak itu, secara yuridis formal lambang Garuda Pancasila rancangan Sultan Hamid II resmi menjadi lambang negara
Garuda juga diambil dari mitologi agama Hindu yakni kendaraan yang dipakai oleh Dewa Wisnu (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Menurut sejarawan Rusdhy Hoesein, munculnya simbol burung garuda berasal dari mitologi Hindu. Rushdy menyebut awalnya simbol banteng adalah simbol yang dekat dengan Indonesia.
"Kita punya lambang enggak pernah jauh dari banteng, berkali-kali dari zaman penjajahan pakai lambang banteng. Orang Belanda membuat lambang Hindia itu adalah kerbau, enggak tahu kenapa kerbau, sama Belanda dipantas-pantaskan itu melambangkan Hindia," kata Rushdy.
Rushdy menyebut ide garuda itu bisa dikatakan berasal dari cerita Airlangga atau Dewa Wisnu yang menaiki garuda sebagai kendaraannya. Selain itu, juga banyak gambar garuda yang terdapat di candi-candi di Indonesia.
"Awal mula dari cerita rakyat, tapi garuda sendiri kan bukan binatang hidup, enggak pernah ada, seperti mitos atau mitologi, karena itulah kita enggak pernah mengenal dalam kehidupan sebenarnya," ucap Rushdy.
Pada PP Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara, dalam penjelasan pasal 1 dikatakan bahwa mengambil gambaran hewan untuk lambang negara bukanlah barang yang ganjil.
Lukisan garuda diambil dari benda peradaban Indonesia, seperti hidup dalam mitologi dan kesusastraan Indonesia dan seperti pula tergambar pada beberapa candi sejak abad ke 6 sampai abad ke 16.
Kemudian dalam penjelasan pasal 3 juga dikatakan bahwa burung garuda yang digantungi perisai itu ialah lambang tenaga pembangunan seperti dikenal pada peradaban Indonesia.
Burung garuda dari mitologi menurut perasaan Indonesia berdekatan dengan burung elang rajawali. Burung itu dilukiskan di Candi Dieng, Prambanan dan Panataran.
Sementara untuk tulisan Bhineka Tunggal Ika, menurut Rushdy terinspirasi dari Empu Tantular. "Bhineka Tunggal Ika itu dari Empu Tantular. Empu Tantular mempersatukan agama Hindu dan Budha yang berseteru," ujar Rushdy.
Is your network connection unstable or browser outdated?
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kalayang Bandara Soekarno–Hatta (bahasa Inggris: Soekarno–Hatta Airport Skytrain) adalah sebuah layanan pengangkut penumpang (automated people-mover system, APMS) sepanjang 3,05 kilometer yang melayani tiga terminal serta stasiun kereta bandara di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, Indonesia.[1] Kereta ini menjangkau Terminal 1 dan Terminal 2 bandara dengan waktu tempuh 5 menit, sementara Terminal 2 menuju Terminal 3 ditempuh dalam waktu 7 menit.[2] Penumpang dapat menggunakan kereta ini tanpa dipungut biaya.[3]
Walaupun pengangkut penumpang ini dapat beroperasi secara otomatis, hingga saat ini pengoperasian pengangkut penumpang ini masih dilakukan secara manual oleh petugas.[4]
Layanan pengangkut penumpang ini menggunakan kereta gerak-roda otomatis (automated people-mover system) yang diproduksi oleh PT LEN Industri dan Woojin Industries asal Korea Selatan.[4] Dari dua rangkaian kereta yang beroperasi, setiap rangkaian kereta terdiri dari tiga gerbong yang keseluruhannya dapat mengangkut hingga 176 penumpang dalam satu kali perjalanan. Setiap gerbong kereta mampu melaju hingga 60 kilometer per jam. Setiap rangkaian kereta juga dilengkapi dengan teknologi automated guide-way transit (AGT).
Ada empat pemberhentian Kalayang Bandara Soekarno-Hatta, yakni Terminal 1 di ujung selatan, diikuti oleh Bangunan Integrasi yang terhubung langsung dengan Stasiun Bandara Soekarno-Hatta sebagai terminus layanan Kereta Ekspres Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Terminal 2, dan Terminal 3 sebagai pemberhentian ujung utara.
Jadwal beroperasinya pengangkut penumpang ini dapat dijangkau melalui situs web Indonesia Airports dan aplikasi yang tersedia di telepon pintar. Seluruh bangunan pemberhentian Kalayang dilengkapi dengan pintu peron (platform-screen-doors) serta layar televisi untuk memberitahukan keberangkatan kereta selanjutnya. Layanan Kalayang mulai beroperasi sejak 17 September 2017.[5]
Ke depannya, jalur pengangkut penumpang ini akan diperpanjang melewati terminal 4 dan area komersial Sky Hub hingga kembali ke Terminal 1 dengan mengelilingi Bandara Soekarno-Hatta.[6]
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, negara mengakui dan menghormati kesetiaan dan jasa-jasa Presiden pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno kepada bangsa dan negara Indonesia.
Jokowi mengatakan, pengakuan dan penghormatan itu terbukti dari gelar pahlawan yang diberikan oleh pemerintah kepada sang proklamator tersebut.
"Hal ini merupakan bukti pengakuan dan penghormatan negara atas kesetiaan dan jasa-jasa Bung Karno terhadap bangsa dan negara," kata Jokowi dalam keterangan pers, Senin (7/10/2022).
"Baik sebagai pejuang dan proklamator kemerdekaan maupun sebagai kepala negara di saat bangsa Indonesia sedang berjuang membangun persatuan dan kedaulatan negara," ujar Jokowi melanjutkan.
Baca juga: Jokowi Berikan Gelar Pahlawan Nasional kepada 5 Tokoh
Pernyataan ini disampaikan Jokowi bertepatan dengan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada lima orang tokoh.
Dalam kesempatan ini, Jokowi mengatakan, ada bagian sejarah kepahlawanan Bung Karno yang perlu penegasan, terutama terkait Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan pemerintah dari Presiden Soekarno.
Jokowi menegaskan, berdasarkan Tap MPR Nomor I/MPR/2003, TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 dinyatakan tidak berlaku lagi dan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut.
"Baik karena bersifat final, telah dicabut, maupun telah dilaksanakan," ujar Jokowi.
Baca juga: Jokowi Dapat Gelar Tokoh Perdamaian Internasional dari Abu Dhabi
Jokowi melanjutkan, pada tahun 1986, pemerintah telah menganugerahkan Bung Karno sebagai pahlawan proklamator.
Kemudian, Bung Karno juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah pada tahun 2012.
"Artinya, Ir Soekarno telah dinyatakan memenuhi syarat setia dan tidak mengkhianati bangsa dan negara yang merupakan syarat penganugerahan gelar kepahlawanan," kata Jokowi.
Di ujung pernyataannya, Jokowi berharap upaya bangsa Indonesia melanjutkan nilai perjuangan dapat dipermudah oleh Yang Mahakuasa.
"Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga Tuhan yang Mahakuasa mempermudah upaya kita untuk melanjutkan nilai-nilai perjuangan para pahlawan demi kemajuan Indonesia," kata Jokowi.
Diketahui, ada lima tokoh yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada hari ini, Senin, yakni DR. dr. H. R. Soeharto dari Jawa Tengah; KGPAA Paku Alam VIII dari DI Yogyakarta; dr. Raden Rubini Natawisastra dari Kalimantan Barat; H. Salahuddin bin Talibuddin dari Maluku Utara; dan K.H. Ahmad Sanusi dari Jawa Barat.
Baca juga: Daftar 5 Tokoh yang Akan Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional